Penafsiran Al-Qur’an telah ada saat Al-Qur’an itu diturunkan. Nabi Muhammad SAW merupakan mufasir pertama dan orang yang memahami Al-Qur’an secara terperinci dan secara umum. Namun para sahabat berbeda-beda dalam kemampuan mereka memahami Al-Qur’an. Setelah Nabi para sahabatlah para penafsir Al-Qur’an. Dalam menafsirkan Al-Qur’an, para sahabat merujuk kepada 4 sumber . Apa sajakah itu?
1. Al-Qur’an
Ayat Al-Qur’an mempunyai keberagaman. Ada ayat yang menjelaskan secara terperinci dan ada ayat yang menjelaskan sesuatu secara umum. Maka dalam memahami Al-Qur’an para sahabat menjadikan ayat yang menjelaskan sesuatu secara terperinci sebagai sumber untuk menafsirkan suatu ayat yang umum. Contohnya kisah Nabi Adam yang pada Surah Al-Baqarah diperjelas dengan kisah Nabi Adam pada Surah yang lainya.
2. Nabi Muhammad
Nabi Muhammad adalah sumber kedua bagi para sahabat dalam menafsirkan Al-Qur’an. Jika para sahabat tidak memahami satu kalimat atau pemahaman dalam suatu ayat maka para sahabat akan menanyakan hal tersebut kepadan Baginda Nabi secara langsung.
3. Ijtihad Para Sahabat
Jika mereka tidak menemukan ayat yang menjelaskan tentang suatu ayat yang tidak mereka pahami dan juga kesulitan untuk bertanya langsung kepada Baginda Nabi, maka mereka akan berijtihad dan menggunakan pemahaman mereka terhadap ayat itu. Namun hal ini tidak mereka lakukan pada semua ayat. Karena ayat yang pemahamannya bisa dicapai dengan bahasa maka mereka bisa memahaminya tanpa berijtihad.
4. Ahlu Kitab
Sumber rujukan para sahabat yang keempat adalah Ahlu kitab. Hal ini karena Al-Qur’an dan kitab-kitab sebelumnya seperti Taurat dan Injil mempunyai kesamaan dalam kisah-kisah Nabi dan umat sebelumnya seperti kisah Nabi Musa dan juga kisah lahirnya Nabi Isa. Hanya saja Al-Qur’an menyampaikan kisah ini tidak secara detail karena yang paling penting adalah pesan yang ada dalam kisah itu. Hal ini berbeda dengan kitab Injil dan Taurat yang menyampaikan kisahnya secara detail.
untuk artikel lainnya bisa baca disini
Leave a Comment